05 Maret, 2009

Peringatan Keagamaan Umat Hindu di Tengger
Tengger Adalah nama sebuah Kaldera atau Pegunungan yang terdiri dari beberapa gunung dan bukit, diantaranya Gn.Bromo,Gn.Batok,Gn.Widodaren,Gn.Kursi,Gn.Watangan,Gn.Keciri,Gn.Mungal,Gn.Emprit,Gn.Penanjakan,Gn.Lingga,Gn.Argowulan,Gn.Pundak Lembu,dan masih banyak lagi gunung-gunung dan bukit-bukit yang masuk kaldera Tengger yakni yang berada di seputaran Lereng Semeru. Dan dinamakan Daerah Tengger. Secara geografis Tengger terletak antara 7" 54' - 8" 13' Lintang Selatan dan112"51' - 113" 04' Bujur Timur.

Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan, Tengger termasuk dalam 4 (empat) wilayah kabupaten yakni Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang - Propinsi Jawa Timur. Sedangkan Masyarakat yang berada di Pegunungan tenger dan sekitarnya termasuk keturunnanya dinamakan Suku Tengger. Suhu udara Daerah Tengger berkisar antara 5°C sampai 22° C. Suhu terendah terjadi pada saat dini hari dipuncak musim kemarau antara 3°- 5°C bahkan di beberapa tempat sering bersuhu dibawah 0" C (minus). Sedangkan suhu maximum berkisar antara 20" C - 22" C.
Berdasarkan klasifikasi Tipe Iklim Schmidt dan Ferguson (1951), iklim di Daerah Tengger termasuk tipe iklim A meliputi daerah Semeru Tenggara, tipe iklim B dengan nilai Q sebesar 14,36 % dan curah hujan rata-rata 6604,4 mm/tahun (Semeru bagian lereng selatan, puncak, dan lereng timur), tipe iklim C meliputi daerah Wonokitri,Tosari dan sekitarnya, Penanjakan, Laut Pasir ,Keciri. Blok Argosari,Ngadas, Ranu Pani tipe iklim D dengan nilai Q = 43,86 % dengan curah hujan rata-rata 166 mm/bulan dengan rata-rata hari hujan 9,28 hari/bulan. Kelembaban udara di sekitar Laut Pasir cukup tinggi yaitu maksimal mencapai 90 - 97 % dan minimal 42 - 45 % dengan tekanan udara 1007 - 1015,7 mm Hg. Daerah Tengger berhawa dingin dan lebih bersahabat dengan kabut.

Massyarakat Tengger

Sekelompok penduduk Jawa Timur yang bermukim di pegunungan Tengger terkenal dengan sebutan Suku Tengger. Orang Tengger mayoritas hidup dari bercocok tanam sayur-sayuran. Memiliki Adat dan budaya yang khas, diyakini sebagai keturunan orang-orang Majapahit yang menyingkir saat Majapahit mengalami kemunduran bersamaan dengan menyebarnya Agama Islam di pulau Jawa. Masyarakat Tengger sebagaian besar menganut Agama hindu, namun menurut Parisada Hindu Darma masyarakat Tengger memeluk agama Budha Mahayana. Mereka tidak memiliki candi-candi untuk melakukan upacara, namun peribadatan diadakan di Poten, Punden,Pura,dan Danyang.


Upacara-upacara Adat Tengger

Masyarakat Tengger memiliki banyak Upacara Adat, yang terbesar adalah Hari Raya Karo dan Upacara Yadnya Kasada.

Ada dua macam upacara Adat yang dilakoni oleh masyarakat Tengger yaitu:

I. Upacara besar dan dilaksanakan oleh Desa

  1. UPACARA ADAT KARO

Upacara Adat Hari Raya Karo ini biasanya oleh masyarakat Suku Tengger dilaksanakan pada bulan Puso atau Karo kalender Tengger.

PROSESINYA :

TARI SODORAN (Pembuka ) diawali oleh penari Sodor dari sesepuh dinamakan Mblara’i ( mengawali ) dilakukan pada pukul 04.00 pagi.

Kirab Manten Sodor ( Penari Sodor ).

Sebelum tari Sodor dilakukan terlebih dahulu pembacaan Kerti Joyo ( Pembacaan mantra Karo & memberi sesajen )

Tari Sodor dilakukan oleh Manten Sodor (putra – putri)berjumlah 12 orang.

Tempat : untuk Tengger Sabrang Kulon ditempatkan di Desa Tosari ).

Setelah selesai Prosesi masyarakat Tengger melakukan acara :

SANTI ( melakukan kirim do’a kepada para Sidi Derma, selametan Banyu dan Gaga / Tegal / Ladang )

DEDEREK ( Saling mengunjungi kerumah rumah ).

NYADRAN / NELASIH ( nyekar ke makam )

BAWAHAN ( Penutupan dilakukan oleh masing – masing Desa ).

Ubo Rampe ( sarana dan prasarana ) Upacara Santi :

1. Kain Putih ( Majangan )

2. Leme’e Godhong Gedang ( dasarannya daun pisang )

3. Tumpeng Lenggah 24 buah ( tumpeng duduk 24 buah kecil-kecil)

4. Pras Among Sanding / Tumpeng Tampah ( Tumpeng besar lengkap Isinya Nasi yang dibentuk menyerupai gunung,dikelilingi oleh sayuran , Ayam Panggang utuh , jajan pasar ditempatkan diTampah ).

5. Galang Rowaan

6. Jenang Protoh

7. Jenang Petak

8. Gedang Ayu, Suruh Ayu, Jambe ayu

9. Satak Selawe

10. Takir Janur 24 buah

11. Indung sak Piring

12. Kembang Boreh

13. Rakan Tawang / Rakan Genep

14. Agem 24 buah

15. Petra lanang / Wadon

16. Beras Kuning

Dan akhirnya Hari Raya Karo di tutup dengan upacara penutupan dengan pagelaran kesenian Ujung / ujung-ujungan.

Kesenian Ujung Puncak acara hari raya Karo

2. UPACARA PUJAN KAPAT

Upacara : Selamatan Bumi , Air , Kayu dan segala macam tanaman beserta Hasil Buminya.

Tempat : Rumah Sanggar

Mantra : Pujan Sharon.

Masyarakat suku Tengger membawa hasil bumi mereka ke Rumah Sanggarnya di masing – masing Dusun.

  1. UPACARA MEGENG DUKUN.

Upacara ini dilakukan oleh Para Dukun Untuk lebih mendekatkan diri pada yang Kuasa,

4. UPACARA PUJAN KAWOLU

Upacara : Selamatan Bumi , Air , Kayu dan segala macam tanaman beserta Hasil Buminya.

Tempat : Rumah Sanggar

Mantra : Pujan Sharon.

Masyarakat suku Tengger membawa hasil bumi mereka ke Rumah Sanggarnya di masing – masing Dusun.

5. UPACARA PUJAN KASANGA ( PUJAN Ndrundung / Mubeng )

Upacara : Selamatan Bumi , Air , Kayu dan segala macam tanaman beserta Hasil Buminya.

Selamatan anak keturunan suku tengger

Tempat : Rumah Sanggar dan dilanjutkan keliling Desa dengan diiringi ketepung dan trompet

Mantra : Pujan Sharon dan Pujo Jogo

Masyarakat suku Tengger membawa hasil bumi mereka ke Rumah Sanggarnya di masing – masing Dusun.

6. UPACARA KASADA

Upacara Kasada atau Hari Raya Kasada atau Kasodoan adalah Upacara yang dilakukan oleh Masyarakat Tengger untuk memperingati Pengorbanan diri Raden Kusuma putra bungsu Joko Seger dan Loro Anteng yang telah merelakan dirinya untk berkorban demi Kesejahteraan Ayah , Ibunya serta saudara – saudaranya. Hari Raya Kasada ini di selenggarakan pada tanggal 16 bulan Asuji atau Kasada ( bulan ke duabelas ) tahun Saka. yaitu pada saat bulan purnama penuh. Upacara ini diikuti oleh seluruh Masyarakat Suku Tengger dengan membawa Ongkek ( biasanya dipikul berisi Tandur Tuwuh bumi Tengger / ternak peliharaan / ayam) untuk dilabuhkan ( kurban )di kawah Gunung Bromo, tetapi sebelumnya harus di mintakan Japa Mantra ( do’a ) kepada Dukun Adat yang berada di Poten lautan Pasir Gunung Bromo baru setelah itu dilabuhkan. Selain Melakukan ritual Labuahan pada saat Upacara Kasodo juga diadakan ujian Mulenen bagi Dukun Baru ( ujian membaca mantra dalam hal ini tidak boleh lupa dan keliru karena hal tersebut merupakan syarat utama lulus dan tidaknya Sang Dukun ).

7. UPACARA PUJAN KASADA

Upacara : Selamatan Bumi , Air , Kayu dan segala macam tanaman beserta Hasil Buminya.

Tempat : Sanggar

Mantra : Pujan Sharon.

Waktu : Setelah upacara Kasada Panglong Loro

Masyarakat suku Tengger membawa hasil bumi mereka ke Rumah Sanggarnya di masing – masing Dusun.

8. UPACARA BARI’AN

Upacara Bari’an ini diselenggarakan pada saat setelah terjadi bencana alam, gempa bumi, gerhana atau peristiwa lain yang dapat mempengaruhi kehidupan orang Tengger. Biasanya dilaksanakan lima sampai tujuh hari setelah kejadian atau peristiwa bencana atau peristiwa alam lainnya yang memberikan isyarat atau pertanda buruk. Akan tetapi Upacara Bari’an tersebut tidak dilaksanakan setelah terjadinya peristiwa saja, melainkan Upacara Bari’an juga dilaksanakan sebagai wujud ungkapan terimakasih atau syukur kepada Tuhan dan biasanya juga dilaksanakan setiap Jum’at manis di sanggar-sanggar atau Pure. Dalam upacara bari’an seluruh masyarakat berkumpul dipimpin oleh Kepala Desa dan Dukun Adat.

  1. UPACARA SELAMATAN DESA

Upacara ini bertujuan untuk memohon keselamatan dan dijauhkan dari bencana dan marabahaya,uapacara ini dipusatkan di Balai desa dan dilaksanakan satu tahun sekali

  1. UPACARA MAYU DESA

Upacara ini bertujuan untuk memohon keselamatan dan dijauhkan dari bencana dan marabahaya,uapacara ini juga dipusatkan di Balai desa dan dilaksanakan enam tahun sekali

  1. UPACARA UNA-UNAN

Upacara ini dilakukan sekali dalam Sewindu,Upacara ini dimaksudkan

untuk me

mbersihkan Desa dari gangguan – gangguan makhluk halus , bencana alam serta gangguan dari yang lainnya sehingga mengancam Desa serta masyarakat Suku Tengger yang ada di Desa

tersebut. Dilaksanakan delapan tahun sekali.

  1. UPACARA SUMPAH BANYU ROTO

Upacara anak keturunan tengger yang melakukan pelaggaran Dursila .

II. Upacara biasa dan dilaksanakan oleh keluarga atau perorangan.

1. UPACARA MBOBOT / KELAHIRAN

Upacara ini merupakan serangkaian enam macam upacara yang saling berkaitan yaitu :

2. UPACARA NELONI ( usia kandungan 3 bulan )

3. UPACARA SAYUT ( usia kandungan 7 bulan )

Tujuannya adalah agar Ibu yang sedang mengandung serta bayinya mendapatkan keselamatan serta kelancaran apabila kelak akan melahirkan.

4. Upacara Brokohan

Yaitu Upacara yang diadakan setelah sang bayi lahir dengan selamat demikian juga dengan Ibunya.biasanya upacara ini dilaksanakan dengan mengundang para tetangga khususnya para Ibu – Ibu. Sedang ari – ari atau batur ( teman ) sang bayi dimasukkan kedalam Batok Kelapa ( tempurung ) kemudian disimpan atau ditanam disekitar rumah.

5. Upacara Cuplak Puser (usia lahir 7 hari), sekaligus bancaan Jenang Abang dan Jenang Putih dalam rangka pemberian nama kepada sang bayi .

6. Upacara Kekerik (usia lahir 40 hari).yaitu dalam Prosesi Upacara tersebut lidah sang bayi di “kerik “ dengan rumput ilalang , tujuannya adalah agar sang bayi cepat berbicara dan kelak setelah dewasa diharapkan juga cerdas.

7. Upacara Among – Among ( usia bayi 44 hari ) tujuannya adalah supaya bayi terhindar dari gangguan roh jahat ( tolak balak atau tolak sengkala ) dan agar supaya sang bayi tidak sakit – sakitan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BROMO TENGGER SEMERU